PENDAHALUAN
A. Latar
Belakang
Terdapat
banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari
perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatansecara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al , 2007).
Komunikasi
yang baik dalam konteks hubungan dokter dan pasien haruslah efektif, komunikasi
yang efektif antara dokter dan pasien akan sangat berpengaruh terhadap
kesehatan pasien lanjut usia. Komunikasi yang efektif ini dapat
mengikutsertakan partisipasi aktif pasien dalam pengambilan keputusan, hal ini
membantu proses mengingat, berpengaruh terhadap ketaatan dan kepuasan pada
pasien lanjut usia, yang selanjutnya juga berpengaruh terhadapemosional bahkan
fisik pasien lanjut usia tersebut. Bentuk-bentuk komunikasi seperti itu seakan membangun
hubungan yang berkelanjutan antara dokter dan pasien dan terlihat penting
dalam penurunan hospitalisasi pada pasien lanjut usia (Stewart et al,
2000).
Komunikasi
yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinis, hubungan
dokter – pasien yang lebih baik, dan keluaran perawatan kesehatan. Keberhasilan
komunikasi memerlukan pendekatan efektif kepada pasien, kemampuan untuk
mendengarkan dan mempersilahkan pasien untuk bercerita, serta cakap dalam
melakukan investigasi untuk mengklarifikasi dan mendapatkan
informasi yang penting. Dokter
seringkali kurang meluangkan waktunya pada masalah psikososial, dan pasien lanjut
usia sering kali tidak memunculkan masalah ini karena menganggap hal tersebut
sudah biasa dan tidak perlu dipermasalahkan. Disamping kompleksitas
masalahnya, pasien lanjut usia menerima lebih sedikit edukasi dan konseling
kesehatan daripada pasien yang lebih muda (Haug & Ory., 1987).
Tinjauan
pustaka ini memaparkan beberapa kiat praktis untuk komunikasi yang efektif dalam
membantu dokter mengoptimalkan
waktu yang digunakan selama
kunjungan rawat jalan maupun
perawatan rawat inap pada pasien lanjut usia. Ditampilkan beberapa teknik umum
untuk memperbaiki komunikasi dengan pasien lanjut usia serta strategi
untuk membantu komunikasi dengan pasien yang mengalami kehilangan sensori atau
kognitif atau pasien lanjut usia yang hadir dengan orang ketiga, baik oleh
anggota keluarga ataupun perawatnya serta sebuah ilustrasi komunikasi dokter
dengan pasien lanjut usia
B.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui proses komunikasi yang
tepat pada lansia
2.
Untuk meningkatkan kemampuan untuk
membina hubungan interpersonal
3.
Untuk mengetahui fungsi dan kemampuan
dalam berkomunikasi
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian komunikasi terapeutik
Indrawati
(2003), mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
Komunikasi
terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik (Stuart dan Sundeen)
B.
Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah
untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 :
50).
C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat
berinteraksi pada lansia
1.
Menunjukkan rasa hormat, seperti
“bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk
memanggil panggilan kesukaannya.
2.
Hindari menggunakan istilah yang
merendahkan pasien
3.
Pertahankan kontak mata dengan pasien
4.
Pertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif
5.
Beri kesempatan pasien untuk
menyampaikan perasaannya
6.
Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus
berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana.
7.
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
pasien
8.
Hindari kata-kata medis yang tidak
dimengerti pasien
9.
Menyederhanakan atau menuliskan
instruksi
10. Mengenal
dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi
kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12. Gunakan
sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan
mengabaikan pasien saat berinteraksi.
(adelman,
et al 2000)
D.
Hambatan Komunikasi terapeutik pada lansia
1.
Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa
pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait denganusia,
keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan
bahwa16% - 24% individu berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan
pendengaran yangmempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell,
2006)
Bagi
mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat
menjadi lebih dari 60% (Chia et al., 2006).
Aging/penuaan
mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis,
yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi
tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan
akhir kata.Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the
morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal
dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “ Rake the
hill in the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook & Morgan,
2000 ; Ross et al ., 2007).
Gangguan
visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter pupil; lensamata
menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan panjang
gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan menurunkan
elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika
bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia
mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis.
katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes). Lebih
dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang
buruk,dan 22% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu
(Crews & Campbell,2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30%
melaporkan penglihatannya yang terganggu (Chia et al., 2006).
2.
Pasien dengan Demensia
Amerika
Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta
penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk
demensia, dan jumlahnya diprediksiakan meningkat dua kali lipat pada 30 tahun
yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009).
Sebagai
akibatnya, dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan
pasien tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau
perawat nonformallain (Vieder et
al .,2002).
(istilah
caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiaporang yang
menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver ). Penilaian
dan pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat
membantu bila melibatkan caregiver (Roter, 2000).
Ada
banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi.
Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata
yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak
memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”,dan “anda tahu”. Pada demensia
parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa
hanya berdiam diri (Orange & Ryan,2000). Demensia
memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi
komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan
mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien
demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap
berada dalam satu topik tertentu (Miller, 2008).
Faktor
yang paling kritis dalam berkomunikasi dengan pasien demensia adalah
memantapkan hubungan perawatan sesegera mungkin. Diatas segalanya yang paling
penting adalah merawat pasien dengan penuh martabat dan hormat. Ada
kecenderungan untuk memperlakukan pasien demensia seperti anak-anak atau
berbicara dengan mereka sepertinya mereka adalah anak-anak. Harus diingat bahwa
pasien demensia kehilangan kemampuannya untuk berkomunikasi, bukan kehilangan
kepandaiannya. Mereka adalah orang dewasa yanghidup produktif dan layak
mendapatkan penghormatan. Pasien demensia juga sangat sensitif terhadap
emosi orang lain. Pada umumnya pasien tersebut, lebih merespon kepada bagaimana
cara seseorang berbicara kepada mereka
daripada apa yang sebetulnya dikatakan (Smith et al .,2006 ; Miller,
2008).
E.
Pendekatan untuk Berkomunikasi pada
lansia
Ketika
berkomunikasi dengan pasien lanjut usia dengan pendengaran yang berkurang,
tataplah pasien sehingga pasien dapat membaca bibir dan menggunakan isyarat
mata. Meminimalkan kebisingan, dan berbicara pelan, jelas, dan dalam nada yang
normal. Berteriak akan menghambat komunikasi, mengubah nada berfrekuensi
tinggi, dan mempersulit pasien untuk memahami kata-kata anda. Jika suara anda
melengking, meredam lengkingan ketika anda berbicara dapat membantu pasien
untuk mendengar anda dengan lebih baik. Ketika memberikan instruksi untuk
medikasi, tes, atau pengobatan, hindarkan untuk bertanya kepada pasien
apakahdia mengerti. Orang dengan gangguan pendengaran mungkin akan menjawab
“ya” tanpa menyadari bahwa mereka belum mendengar apapun atau salah memahami
beberapa informasi.Pendekatan yang lebih baik untuk mengecek pemahaman pasien
adalah dengan meminta pasienuntuk mengulang instruksi (Adelman et al .,
2000). Akhirnya, karena pendengaran memburuk
dikemudian hari,appointment yang lebih awal umumnya lebih baik (Veras
& Mattos, 2007).
Jika
tersedia, pengeras suara (alat portable yang memperkuat suara dokter dan
memancarkannya ke headphones yang dipakai oleh pasien) diketahui sangat
memudahkan komunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan pendengaran
(Fook & Morgan, 2000).
Ketika
berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan penglihatan, lingkungan
klinik dapat diperbaiki dengan memperbanyak pencahayaan, menggunakan
warna-warna kontras untuk membuat objek lebih jelas (mis. kerangka pintu,
kursi yang berada dilantai klinik), dan menggunakan huruf yang besar serta
berwarna kontras untuk setiap tanda. Setiap bahan dengan tulisan harus dicetak
paling tidak dengan huruf berukuran 14
diatas kertas berwarna. Direkomendasikan untuk menggunakan dua sumber cahaya,
pencahayaan untuk latar belakang dan lampu tertutup (Roter, 2000)
Ketika
membahas rencana pengobatan, ingatlah masalah keamanan potensial yaitu gangguan
penglihatan. Sebagai contoh, pasien lanjut usia kadang-kadang akan meletakkan
obatnya dalam satu wadah dan tergantung pada satu warna untuk mengenalinya. Ini
dapatmenjadi masalah keamanan, karena banyak obat yang berwarna putih, biru
muda, hijau muda,yang akan terlihat berwarna abu-abu oleh mata yang telah
menua. Warna merah, oranye, dan kuning paling baik dilihat dan dapat
digabungkan kedalam perawatan. Pada contoh lain, pasienyang mengalami kesulitan
memastikan dosis insulin dapat diinstruksikan untuk ditempatkan pada warna
merah diatas meja, yang akan mempermudahnya untuk melihat jarum dan vial.
Kertas
kontak berwarna merah dapat dibalutkan pada pegangan untuk berjalan, tongkat
atau tabung oksigen untuk membantu pasien lanjut usia untuk mengambilnya
(Adelman et al ., 2000).
Sebagai
akibatnya, sangat penting untuk mendekati pasien dengan cara yang tenang
danmenyenangkan. Pasien demensia sangat bergantung pada komunikasi nonverbal,
maka pentinguntuk tidak membiarkan bahasa tubuh anda memberikan kesan bahwa
anda sedang tergesa-gesa (Orange, 2000 ; Smith et al ., 2006).
Saat
memasuki ruangan pemeriksaan, anda sebaiknya langsung mengarah ke pasiendengan
tenang, menjaga kontak mata dan menampilkan ekspresi yang bersahabat.
Pergunakan nada suara yang tenang dan lembut sembari menyentuh bahu pasien
dengan lembut akan menunjukkan anda peduli dan ingin berbagi. Anda harus
memperkenalkan diri, walaupun anda telah mengenal pasien ini cukup lama. Akan
cukup efektif bila anda menghabiskan beberapa menit untuk mengobrol dan
mengingatkan pasien pada keadaan sosialnya. Proses mengingatkan ini merupakan
tehnik komunikasi yang cukup efektif pada pasien demensia, karena hal ini akan
membangkitkan memori jangka panjang mereka, membuat kilas balik masa lalu, saat
ini dan masa akan datang dalam pikiran mereka serta mengurangi ketegangan
(Puentes, 1998).
BAB III
PEMBAHASAN
Terdapat banyak bukti
bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari
perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al , 2007).
A.
Pengertian komunikasi terapeutik
Indrawati
(2003), mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien.
B.
Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi.
mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan
oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).
C.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi
pada lansia
1.
Menunjukkan rasa hormat, seperti
“bapak”, “ibu”, kecuali apabila sebelumnya pasien telah meminta anda untuk
memanggil panggilan kesukaannya.
2.
Hindari menggunakan istilah yang
merendahkan pasien
3.
Pertahankan kontak mata dengan pasien
4.
Pertahankan langkah yang tidak
tergesa-gesa dan mendengarkan adalah kunci komunikasi efektif
5.
Beri kesempatan pasien untuk
menyampaikan perasaannya
6.
Berbicara dengan pelan, jelas, tidak
harus berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang sederhana.
7.
Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
pasien
8.
Hindari kata-kata medis yang tidak
dimengerti pasien
9.
Menyederhanakan atau menuliskan
instruksi
10. Mengenal
dahulu kultur dan latar belakang budaya pasien
11. Mengurangi
kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan beri penerangan yang cukup
saat berinteraksi.
12. Gunakan
sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan, atau bahu.
13. Jangan
mengabaikan pasien saat berinteraksi.
Selain itu juga terdapat beberapa hambatan dalan komunikasi
terapeutik pada lansia ini, misalnya pasien menunjukkan
defisit pendengaran dan penglihatan yang terkait denganusia, keduanya
memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi. Aging/penuaan mengakibatkan penurunan
fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis, yang terutama berkenaan
dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah suara
konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata.
Ada banyak tingkatan
demensia, yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi
Pasien pada
stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang ingin
disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memiliki
makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”,dan “anda tahu”. Ada kecenderungan
untuk memperlakukan pasien demensia seperti anak-anak atau berbicara dengan
mereka sepertinya mereka adalah anak-anak.
Faktor yang paling
kritis dalam berkomunikasi dengan pasien demensia adalah memantapkan hubungan
perawatan sesegera mungkin. Diatas segalanya yang paling penting adalah merawat
pasien dengan penuh martabat dan hormat
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah klinis, hubungan
dokter – pasien yang lebih baik, dan keluaran perawatan kesehatan. Keberhasilan
komunikasi memerlukan pendekatan efektif kepada pasien, kemampuan untuk
mendengarkan dan mempersilahkan pasien untuk bercerita, serta cakap dalam
melakukan investigasi untuk mengklarifikasi dan mendapatkan
informasi yang penting. Dokter sering kali kurang meluangkan waktunya pada
masalah psikososial, dan pasien lanjut usia sering kali tidak memunculkan
masalah ini karena menganggap hal tersebut sudah biasa dan tidak perlu
dipermasalahkan. Disamping kompleksitas masalahnya, pasien lanjut usia menerima
lebih sedikit edukasi dan konseling kesehatan dari pada pasien yang lebih muda
(Haug & Ory., 1987).
Dengan
komunikasi yang efektif antara dokter – pasien lanjut usia :
Pasien
dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akanmemungkinkan
dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat. Instruksi dan saran dokter
akan lebih mungkin untuk ditaati. Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau
menghentikan obat karena efek samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat
dapat diminimalisir. Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri
sendiri seperti pada pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula
darah, dan perawatan kaki. Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan
dengan komunikasi yang lebih baik antara dokter dan pasien lanjut usia.
B.
Saran
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu sangat
diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat membangun agar
kedepan penulis dapat menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Potter, P.A &
Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and
Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book
No comments:
Post a Comment