A. Latar belakang
Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian
asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi.
Walaupun
berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit
yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat
bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan
berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadangkala tidak
terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade
kuat. Umumnya gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas
yang berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan batuk dan
/ atau mengi yang timbul secara episodic, cenderung pada malam / dini hari ,
musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan
keluarganya. Berdasarkan laporan National Center for Health
Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17
tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta), dan pada dewasa > 18
tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami
serangan lebih banyak daripada lelaki.
WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian
akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian
akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi. Kematian anak akibat asma jarang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Agar
mahasiswa lebih mengerti tentang penyakit Asma.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian asma
b. Untuk mengetahui penyebab asma
c. Untuk mengetahui pencegahan asma
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala
asma
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan
pengobatan pada asma
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Asma pada
anak ialah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang
pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang
bermanifestasi sebagai serangan berulang atau mengi yang dipisahkan oleh
interval bebas gejala. (Scadding dan pengalaman klinis Godfrey)
B. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2
faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan
terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada
bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus
jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara
di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti
gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
C. Etiologi
Faktor-faktor penyebab asma pada anak:
1. Faktor emosi ; gangguan emosi dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas
2. Faktor imunologis / alergi ; saat
ini telah banyak bukti bahwa alergi merupakan salah satu faktor penting
berkembangnya asma. Atopi merupakan faktor resiko nyata yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala asma.
3. Faktor non alergi ; infeksi virus /
bacterial dan zat-zat iritan / polutan.
4. Faktor keturunan
5. Asma
yang disebabkan oleh olahraga yang berlebih.
Asma yang menyerang
pada anak-anak biasanya dipicu oleh serangan asma apabila melakukan suatu jenis
olahraga atau aktivitas berat seperti berolahraga renang, berlari atau
bersepeda.Asma yang menyerang anak-anak masih dapat ditolong dan diatasi dengan
melakukan olahraga atau kegiatan fisik yang ringan yang tidak menimbulkan
alergi berlebih yang menganggu pernapasan pada anak-anak.Asma yang menyerang
pada anak memiliki resiko yang lebih fatal apabila tidak ditangani sejak
dini.Peran para orang tua sangat mendukung dalam menghadapi dan mengatasi
serangan asma pada anak. Bila anak memiliki asma para orang tua hendaknya
selalu mengingatkan sang anak atau jangan terlupa membekali anak dengan obat
semprot pereda asma (spray asthma) agar selalu dibawa kemanapun dia pergi. Guna
menghindari timbulnya serangan asma mendadak, terutama disaat sang anak sedang
bersekolah dan berolahraga peran orang tua untuk membekali obat asma bagi anak
sangatlah penting. Meskipun sudah menggunakan obat spray asma dan masih memiliki
kemungkinan mengalami serangan asma yang berlebih tetapi memiliki resiko yang
lebih kecil daripada tidak menggunakan obat semprot asma sama sekali. Hal ini
juga berlaku pada orang dewasa untuk tidak lupa selalu membawa obat pereda
asma.
6. Asma
yang disebabkan karena alergi.
Asma sebagian besar menyerang anak
sekitar 80 % pada usia dibawah 18 tahun dan 50 % pada orang dewasa.
Diperkirakan sekitar 75-80 % asma yang diderita disebabkan oleh alergi
tertentu. Penyebab asma pada anak sama halnya yang di derita pada orang dewasa.
Jika pada anak yang menderita asma cenderung karena memiliki alergi sejak lahir
adanya faktor genetik dari orangtua. Di dalam tubuhnya akan ditemukan kadar
tinggi dari antibodi alergi yakni Imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE mudah
mengenali alergen meski dalam jumlah paling kecil yang disebabkan oleh debu
tungau yang kemudian bereaksi dan dilepaskan oleh histamin yang membuat anak
menjadi bersin-bersin, pilek, mata berair dsb.Bila anak bersin-bersin, pilek
atau mata berair. Hal ini merupakan proses reaksi tubuh untuk melawan alergen
yang masuk meskipun efek dari keluarnya histamin (penyebab alergi) dapat memicu
serangan asma. Beberapa jenis alergi dari penyebab asma sebenarnya dapat
diketahui secara dini dengan melakukan pemeriksaan khusus pada dokter ahli.
Setelah diketahui penyebab pasti penyakit asma dari alergi, dokter akan
memberikan suatu resep obat anti histamin (anti-alergi) untuk mencegah
pelepasan histamin dalam tubuh atau pilihan pengobatan terapi asma yang
disarankan dokter.
D. Manifestasi klinis
1. Jika asma ringan, anak memiliki ciri
atau pola perilaku, seperti :
a.
Anak tampak sesak saat berjalan.
b.
Pada bayi: menangis keras.
c.
Posisi anak: bisa berbaring.
d.
Dapat berbicara dengan kalimat.
e.
Kesadaran: mungkin irritable.
f.
Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran
mukosa).
g.
Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi.
h.
Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
i.
Retraksi interkostal dan dangkal.
j.
Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
k.
Frekuensi jalannya urat nadi: normal.
l.
Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg) – SaO2 %
> 95%.
m. PaO2
normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
n.
PaCO2 < 45 mmHg 2.
Jika mengalami serangan asma sedang,
dengan ciri perilaku, seperti : – Anak tampak sesak saat berbicara. – Pada
bayi: menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan. – Posisi anak: lebih suka
duduk. – Dapat berbicara dengan kalimat yang terpenggal/terputus. – Kesadaran:
biasanya irritable. – Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran
mukosa). – Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi ± inspirasi. – Biasanya
menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal,
sifatnya sedang. – Frekuensi nafas: cepat (takipnea). – Frekuensi nadi: cepat
(takikardi). – Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg) – SaO2 % sebesar 91-95%. –
PaO2 > 60 mmHg.
o.
PaCO2 < 45 mmHg 3.
Jika mengalami serangan asma berat
tanpa disertai napas yang tiba-tiba berhenti : – Anak tampak sesak saat
beristirahat. – Pada bayi: tidak mau minum/makan. – Posisi anak: duduk
bertopang lengan. – Dapat berbicara dengan kata-kata. – Kesadaran: biasanya
irritable. – Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). –
Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi.
– Menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal,
sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. – Frekuensi nafas: cepat
(takipnea). – Frekuensi nadi: cepat (takikardi). – Ada pulsus paradoksus (>
20 mmHg)
p.
SaO2 % sebesar < 90 %.
q.
PaO2 < 60 mmHg. – PaCO2 > 45 mmHg
2.
Jika asma berat yang disertai ancaman henti
nafas:
a.
Kesadaran: kebingungan.
b.
Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau
membran mukosa).
c.
Mengi sulit atau tidak terdengar.
d.
Penggunaan otot bantu pernafasan: terdapat gerakan
paradoks torakoabdominal.
e.
Retraksi dangkal/hilang.
f.
Frekuensi nafas: lambat (bradipnea).
g.
Frekuensi nadi: lambat (bradikardi).
h.
Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot
nafas.
3.
Kecepatan atau frekuensi nafas pada anak sadar,
dilihat dari segi usia :
a.
Usia Frekuensi nafas normal :
1)
< 2 bulan < 60 x / menit
2)
2 – 12 bulan < 50 x / menit
3)
1 – 5 tahun < 40 x / menit
4)
6 – 8 tahun < 30 x / menit
b.
Usia Frekuensi nadi normal :
1)
2 – 12 bulan < 160 x / menit
2)
1 – 2 tahun < 120 x / menit
3)
3 – 8 tahun < 110 x / menit
E.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, dll.
F.
Pencegahan
1. Tindakan pencegahan pada anak yang
belum bermanifestasi :
a. Mensegah terjadinya sesitisasi pada
anak ; walau faktor genetic merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya
dipengaruhi faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang
mempunyai tingkat alerginitis tinggi baik pada ibu hamil dan yang menyusui
maupun sang anak.
b. Orang tua, terutama ibu dianjurkan
tidak merokok.
c. Pencegahan terjadinya infeksi
saluran nafas dan akibatnya.
d. Pemberian asi eksklusif akan
memberikan kekebalan dan efek imunologis pada anak.
2. Tindakan pencegahan pada anak yang
telah bermanifestasi ;
a. Menhindarkan faktor pencetus ;
alergan makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus/bakterial, hindari
latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
b. Penggunaan obat-obatan, untuk
mengatasi serangan asma.
G.
faktor resiko atau penyebab yang
melatar belakangi serangan asma
1. Jenis kelamin
Jika dilihat dan
diamati penyakit asma lebih tinggi di derita oleh anak laki-laki dibanding anak
perempuan.
2. Usia
Jika diamati dari
faktor usia penyakit asma timbul kali pertama pada awal usia seseorang yakni
pada tahun-tahun pertama awal kehidupan sekitar 0-17 tahun. Namun penyakit asma
baru akan terdeteksi atau diketahui bila melalui pemeriksaan lebih lanjut pada
dokter sekitar usia 4-8 tahun.
3. Alergi
Di Inggris dilaporkan
bahwa anak usia 16 tahun yang memiliki riwayat asama atau mengi (bengek) akan
mengalami serangan mengi (suara bengek) yang dapat terjadid 2x lipat lebig
besar ditambah apabila anak pernah mengalami hay fever, rinitis alergi, atau
eksema. Beberapa laporan lainnya juga membuktikan bahwa sensitifitasi dari
alergi yang diakibatkan oleh alergen inhalan, susu, telur atau kacang pada
tahun pertama kehidupan dapat menjadi indikator penyebab timbulnya penyakit
asma.
4. Lingkungan
Beberapa penderita asma
yang disebabkan oleh alergi yang dapat meningkatkan resiko anak menderita asma,
antara lain : serpihan atau virus dari bulu binatang peliharaan, tungau debu
rumah, jamur/bakteri dan serangga.
5. Ras
Prevalensi asma dan
kejadian dari serangan asma lebih banyak atau lebih tinggi terjadi pada mereka
yang memiliki ras kulit hitam dibanding yang memiliki kulit putih.
6. Asap rokok
Asma juga bisa terjadi
pada mereka yang dikatakan seorang perokok.Karena resiko terserang asma lebih
besar dan lebih tinggi pada seorang perokok dibanding dengan mereka yang tidak
merokok.
7. Polusi udara
Polusi udara seperti
molekul atau partikel-partikel halus yakni debu di jalan raya, nitrat dioksida,
karbon monoksida, atau SO2, diduga berperan meningkatkan gejala asma, namun
belum didapatkan bukti yang disepakati.
8. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi RSV
(respiratory syncytial virus) atau yang dikenal ISPA ( Infeksi Saluran
Pernafasan) yang merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan timbulnya
penyakit asma yang umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun. Sedangkan infeksi
virus berulang yang tidak menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah dapat
memberikan perlindungan pada anak terhadap asma.
1. Hindari makan makanan yang
mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.
2. Hindari tungau debu yang sering
terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin ,
perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan
selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian
yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap
hari.
3. Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ;
obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang
tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar,udara dan air dingin,.
4. Sebelum melakukan aktivitas fisik
sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan
aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan
terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas.
I.
Penatalaksanaan
Anak yang lebih tua atau anak remaja
dapat mengenali memiliki asma seringkali menggunakan peak flow meter -sebuah
alat kecil yang merekam seberapa cepat seseorang bisa meniup udara-untuk
mengukur tingkat gangguan saluran udara.Alat ini bisa digunakan sebagai penilaian
objektif pada kondisi si anak.Pengobatan pada sebuah serangan berat terdiri
dari membuka saluran udara (bronchodilation) dan menghentikan
peradangan.Berbagai macam obat-obatan inhalasi membuka saluran udara
(bronchodilator).Contoh khusus adalah albuterol dan ipratropium.Anak yang lebih
tua dan anak remaja biasanya bisa menggunakan obat-obatan ini menggunakan alat
inhalasi dengan dosis meteran.Anak yang lebih tua dari 8 tahun atau seringkali
menemukan kemudahan untuk menggunakan inhalasi dengan pengatur jarak atau
ruangan penyangga dipasang.Bayi dan anak yang sangat kecil kadangkala bisa
menggunakan alat inhalasi dan pengatur jarak jika masker ukuran bayi dipasang.Anak
yang tidak menggunakan alat inhalasi bisa menerima obat-obatan inhalasi di
rumah melalui masker yang terpasang pada nebulizer, sebuah alat kecil yang
menghasilkan uap obat menggunakan udara yang dipadatkan.
Anak yang sedang mengalami serangan
berat juga bisa diberikan kortikosteroid melaui mulut.Anak dengan serangan
hebat diobati di rumah sakit dengan memberikan bronchodilator dalam nebulizer
setidaknya setiap 20 menit pada awalnya.Kadangkala dokter menggunakan suntikan
epinephrine, sebuah bronchodilator, pada anak dengan serangan hebat jika mereka
tidak bisa bernafas dengan cukup pada uap nebulizer.Dokter biasanya memberikan
infus kortikosteroid kepada anak yang memiliki serangan hebat.
Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya menggunakan obat-obatan hanya pada waktu serangan.Anak yang sering atau dengan serangan hebat juga perlu menggunakan obat-obatan bahkan ketika mereka tidak mengalami serangan.
Obat-obatan lain digunakan berdasarkan frekwensi dan kerasnya serangan pada anak.Anak dengan serangan yang jarang yang tidak terlalu parah biasanya menggunakan obat-obatan inhalasi, seperti cromolyn atau nedocromil, atau dosis rendah pada kortikosteroid yang diinhalasi setiap hari untuk membantu mencegah serangan.Obat-obatan ini mencegah lepasnya zat kimia yang melukai saluran udara, dan mengurangi peradangan.Menyiapkan theophylline untuk penggunaan yang lama adalah pilihan yang tidak mahal untuk pencegahan pada beberapa anak.
Anak dengan serangan yang sering atau lebih hebat juga menerima satu atau lebih obat-obatan, termasuk bronchodilator jangka panjang seperti salmeterol, leukotriene modifier, seperti zafirlukast atau montelukast, dan kortikosteroid yang dihirup.Jika obat-obatan ini tidak mencegah serangan hebat, anak bisa membutuhkan kortikosteroid yang dihirup melalui mulut.Anak yang berpengalaman terserang hebat selama olahraga biasanya menghirup sejumlah dosis bronchodilator hanya sebelum olahraga.
Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya menggunakan obat-obatan hanya pada waktu serangan.Anak yang sering atau dengan serangan hebat juga perlu menggunakan obat-obatan bahkan ketika mereka tidak mengalami serangan.
Obat-obatan lain digunakan berdasarkan frekwensi dan kerasnya serangan pada anak.Anak dengan serangan yang jarang yang tidak terlalu parah biasanya menggunakan obat-obatan inhalasi, seperti cromolyn atau nedocromil, atau dosis rendah pada kortikosteroid yang diinhalasi setiap hari untuk membantu mencegah serangan.Obat-obatan ini mencegah lepasnya zat kimia yang melukai saluran udara, dan mengurangi peradangan.Menyiapkan theophylline untuk penggunaan yang lama adalah pilihan yang tidak mahal untuk pencegahan pada beberapa anak.
Anak dengan serangan yang sering atau lebih hebat juga menerima satu atau lebih obat-obatan, termasuk bronchodilator jangka panjang seperti salmeterol, leukotriene modifier, seperti zafirlukast atau montelukast, dan kortikosteroid yang dihirup.Jika obat-obatan ini tidak mencegah serangan hebat, anak bisa membutuhkan kortikosteroid yang dihirup melalui mulut.Anak yang berpengalaman terserang hebat selama olahraga biasanya menghirup sejumlah dosis bronchodilator hanya sebelum olahraga.
Penatalaksanaan asma dapat
dibagi atas :
1.
Pengobatan dengan obat-obatan Seperti :
a.
Beta agonist (beta adrenergik agent)
b.
Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c.
Anti kolinergik (bronkodilator)
d.
Kortikosteroid
e.
Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2.
Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya,
misalnya :
a.
Oksigen 4-6 liter/menit.
b.
Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30
menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan
dextrose 5% diberikan perlahan.
c.
Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan
obat ini dalam 12 jam.
d.
Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak
ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan sangat berat.
Adapun bahan herbal yang dapat
membantu meringankan dan mengatasi asma dan serangan asma lainnya, diantaranya
:
1.
Resep 1
Beberapa buah lobak putih dicuci bersih
lalu dipotong sedang dan dijus hingga mendapat 1 mangkuk, lalu di tim dan
diminum.
2.
Resep 2
Siapkan 15 gram bunga melati yang
direbus dengan 400 cc sampai mendidih hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya
diminum selagi hangat.
3.
Resep 3
Ambil 30 gram akar tanaman putri
malu/sikejut direbus dengan 400 cc rebus sampai mendidih hingga tersisa 200 cc,
kemudian airnya diminum selagi hangat.
4.
Resep 4
15 gram bunga kenop segar direbus
dengan 400 cc hingga mendidih dan tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum
selagi hangat.
5.
Resep 5
15 gram bunga melati dan 15 gram
rimpang jahe direbus dengan 600 cc hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya
diminum selagi hangat sebanyak ½ gelas untuk 1x minum.
6.
Resep 6
Irisan jahe setebal 3 mm ditempelkan
dengan menggunakan koyo hangat/koyo cabe pada titik dazhui.
7.
Resep 7
60 gram rumput jukut pendul direbus
dengan 400 cc hingga mendidih dan tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum
selagi hangat.
8.
Resep 8
10 lembar daun kecubung diiris-iris dan
dijemur sampai kering.Gunakan untuk meroko dengan menggunakan bungkus dari
kelobot jagung atau kulit jagung yang sudah tua. Tidak perlu dilakukan setiap
hari cukup minimal 2x seminggu
9.
Resep 9
3 siung bawang putih ditumbuk halus,
lalu dicampur dengan 1 sendok makan madu, dan gula batu secukupnya.Rebus
seluruh bahan tersebut hingga mendidih sambil diaduk rata dan sampai tercium
aroma dari herbal tersebut, kemudian diperas dan disaring.Diminum setiap hari,
setiap pagi hari hingga sembuh.
Untuk resep dari ramuan diatas
dianjurkan untuk diminum dan diulangi penggunaannya cukup konsumsi 2x sehari.
Contoh-Conto obat yang digunakan pada
penyakit asma :
1.
Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter, pemberian
magnesium sulfat intravena (infus) di rumah sakit mempunyai efektivitas sama
dengan pemberian beta agonis.
2.
Mukolitik (pengencer dahak)
Pemberian mukolitik (misalnya Bisolvon
sirup) pada serangan asma dapat saja diberikan, tetapi harus berhati-hati pada
anak dengan refleks batuk yang tidak optimal.Pemberian mukolitik secara
inhalasi (hirupan) tidak mempunyai efek yang signifikan, tetapi harus
berhati-hati pada serangan asma berat.
3.
Antibiotika
Pemberian antibiotika pada asma tidak
dianjurkan, karena sebagian besar pencetusnya bukan infeksi bakteri, melainkan
infeksi virus.Pada keadaan tertentu, antibiotika dapat diberikan, yaitu pada
infeksi saluran napas yang dicurigai karena bakteri, atau dugaan sinusitis yang
menyertai asma.
4.
Obat sedasi (mempunyai efek membuat kantuk)
Pemberian obat sedasi pada serangan
asma sangat tidak dianjurkan, karena menekan pernapasan.
5.
Anti histamin (anti alergi)
Anti histamin jangan diberikan pada
serangan asma, karena tidak mempunyai efek yang bermakna, bahkan dapat
memperburuk keadaan.
J.
Pemeriksaan Penunjang :
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1.
Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2.
Tes provokasi :
a.
Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b.
Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes
spirometri.
c.
Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
d.
Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E
yang spesifik dalam tubuh.
3.
Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam
serum.
4.
Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada
normal.\
5.
Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
K. Pengkajian
1.
Identitas klien
a.
Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi
debu, udara dingin
b.
riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas,
keringat dingin.
c.
Status mental : lemas, takut, gelisah
d.
Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
e.
Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
f.
Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
2.
Pemeriksaan fisik
a.
inspeksi
1)
Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2)
Diameter antero posterior lebih besar dari diameter
transversal
3)
Keabnormalan struktur Thorax
4)
Contour dada simetris
5)
Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak,
distribusi warna merata
6)
RR dan ritme selama satu menit.
b.
Palpasi :
1)
Temperatur kulit
2)
Premitus : fibrasi dada
3)
Pengembangan dada
4)
Krepitasi
5)
Massa
6)
Edema
c.
Auskultasi
1)
Vesikuler
2)
Broncho vesikuler
3)
Hyper ventilasi
4)
Rochi
5)
Wheezing
6)
Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat
terjadinya.
L.
Diagnosa Keperawatan
1. Tidak
efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan :Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
Tujuan :Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a.
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas,
misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b.
Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio
inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c.
Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya :
peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
d.
Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek,
basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.
e.
Berikan air hangat.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
f.
Kolaborasi obat sesuai indikasi.
Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
2.
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
Tujuan :Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
Tujuan :Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
a.
Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran
nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
b.
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas
seperti krekels, wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
c.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
d.
Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e.
Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
f.
Kolaborasi
1)
Berikan oksigen tambahan
2)
Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
a.
Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut,
konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b.
Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi
tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.
c.
Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
d.
Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
e.
Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
f.
Kolaborasi
1)
Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
2)
Berikan obat sesuai indikasi.
3)
Vitamin B squrb 2×1.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
4)
Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.
4.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik.
Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil :
KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil :
KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
a.
Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat
laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital
selama dan setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
c.
Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan
atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
d.
Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan.
Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.
5.
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
Kriteria hasil :
Mencari tentang proses penyakit :
Tujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
Kriteria hasil :
Mencari tentang proses penyakit :
a.
Klien mengerti tentang definisi asma
b.
Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari
asma
c.
Klien mengerti komplikasi dari asma
Intervensi :
a.
Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit,
lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.
Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.
Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.
b.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
c.
Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau
latihan pernafasan.
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.
d.
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan
pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.
e.
Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan
kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.
BAB
III
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini akan membahas tentang
beberapa hal penting yang mengenai asuhan keperawatan asma pada anak. Asma pada anak itu ialah penyakit
yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada
hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai
serangan berulang atau mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala.
(Scadding dan pengalaman klinis Godfrey). Proses
perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis,
kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos,
meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada
trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi
penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai
macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi
(hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah
paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Faktor-faktor
penyebab asma pada anak:
1. Faktor emosi ; gangguan emosi dapat
menyebabkan penyempitan saluran nafas
2.
Faktor
imunologis / alergi ; saat ini telah banyak bukti bahwa alergi merupakan salah
satu faktor penting berkembangnya asma. Atopi merupakan faktor resiko nyata
yang dapat menyebabkan timbulnya gejala asma.
3. Faktor non alergi ; infeksi virus /
bacterial dan zat-zat iritan / polutan.
4. Faktor keturunan
5. Asma
yang disebabkan oleh olahraga yang berlebih.
6. Asma
yang disebabkan karena alergi.
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan penyakit asma adalah
pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, dll.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada
asma anak yang pertama Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda,
kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan. Hindari tungau debu yang
sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet
gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah,
gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan
pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel
setiap hari. Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak
wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia,
udara yang tercemar,udara dan air dingin. Sebelum melakukan aktivitas fisik
sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan
aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan
terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas. Selain
itu juga Penyakit asma bisa dicegah dengan mengatur pola hidup yang seimbang
dan sehat dengan menjaga kondisi tubuh dari perubahan cuaca yang terkadang
tidak menentu, pola makan, olahraga yang teratur, jauhi rokok dan minuman
alkohol serta menjaga kebersihan dan keseimbangan ekosistem sekitar lingkungan
rumah anda
BAB IV
penutup
A. Kesimpulan
Asma pada
anak ialah penyakit yang ditandai dengan
variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara
dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang atau
mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala. (Scadding dan pengalaman
klinis Godfrey). Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak.
Kejadian asma meningkat di hamper seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi,
bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari
waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadagkala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade kuat. Umumnya gejala klinis
dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas yang berbunyi). Kelompok
anak yang patut diduga asma adalah anak-anak
yang menunjukkan batuk dan / atau mengi yang timbul secara episodic, cenderung
pada malam / dini hari , musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma
dan atopi pada pasien dan keluarganya.
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu sangat diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca
yang bersifat membangun agar kedepan penulis dapat menyempurnakan makalah ini.
terima kasih infonya, sangat bagus dan bermanfaat
ReplyDeleteinfo tang sangat menarik
ReplyDeleteOBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
ReplyDeleteOBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
OBAT ASMA
terima kasih info yang telah disajikan
OBAT ASMA
ReplyDeleteaskep yang sangat bagus