Friday, 8 June 2012

Askep Asma



A.      Latar belakang
Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. 

Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadangkala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade kuat. Umumnya gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas yang berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan batuk dan / atau mengi yang timbul secara episodic, cenderung pada malam / dini hari , musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarganya. Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta), dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki.

WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi. Kematian anak akibat asma jarang.


B.       Tujuan
1.      Tujuan umum :
Agar mahasiswa lebih mengerti tentang penyakit Asma.
2.      Tujuan khusus
a.       Untuk mengetahui pengertian asma
b.      Untuk mengetahui penyebab asma
c.       Untuk mengetahui pencegahan asma
d.      Untuk mengetahui tanda dan gejala asma
e.       Untuk mengetahui penatalaksanaan dan pengobatan pada asma

TINJAUAN TEORI

A.      Pengertian
Asma pada anak ialah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang atau mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala. (Scadding dan pengalaman klinis Godfrey)

B.       Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan
alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.




C.       Etiologi
Faktor-faktor penyebab asma pada anak:
1.     Faktor emosi ; gangguan emosi dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas
2.     Faktor imunologis / alergi ; saat ini telah banyak bukti bahwa alergi merupakan salah satu faktor penting berkembangnya asma. Atopi merupakan faktor resiko nyata yang dapat menyebabkan timbulnya gejala asma.
3.     Faktor non alergi ; infeksi virus / bacterial dan zat-zat iritan / polutan.
4.     Faktor keturunan
5.     Asma yang disebabkan oleh olahraga yang berlebih.
Asma yang menyerang pada anak-anak biasanya dipicu oleh serangan asma apabila melakukan suatu jenis olahraga atau aktivitas berat seperti berolahraga renang, berlari atau bersepeda.Asma yang menyerang anak-anak masih dapat ditolong dan diatasi dengan melakukan olahraga atau kegiatan fisik yang ringan yang tidak menimbulkan alergi berlebih yang menganggu pernapasan pada anak-anak.Asma yang menyerang pada anak memiliki resiko yang lebih fatal apabila tidak ditangani sejak dini.Peran para orang tua sangat mendukung dalam menghadapi dan mengatasi serangan asma pada anak. Bila anak memiliki asma para orang tua hendaknya selalu mengingatkan sang anak atau jangan terlupa membekali anak dengan obat semprot pereda asma (spray asthma) agar selalu dibawa kemanapun dia pergi. Guna menghindari timbulnya serangan asma mendadak, terutama disaat sang anak sedang bersekolah dan berolahraga peran orang tua untuk membekali obat asma bagi anak sangatlah penting. Meskipun sudah menggunakan obat spray asma dan masih memiliki kemungkinan mengalami serangan asma yang berlebih tetapi memiliki resiko yang lebih kecil daripada tidak menggunakan obat semprot asma sama sekali. Hal ini juga berlaku pada orang dewasa untuk tidak lupa selalu membawa obat pereda asma.


6.     Asma yang disebabkan karena alergi.
Asma sebagian besar menyerang anak sekitar 80 % pada usia dibawah 18 tahun dan 50 % pada orang dewasa. Diperkirakan sekitar 75-80 % asma yang diderita disebabkan oleh alergi tertentu. Penyebab asma pada anak sama halnya yang di derita pada orang dewasa. Jika pada anak yang menderita asma cenderung karena memiliki alergi sejak lahir adanya faktor genetik dari orangtua. Di dalam tubuhnya akan ditemukan kadar tinggi dari antibodi alergi yakni Imunoglobulin E (IgE). Antibodi IgE mudah mengenali alergen meski dalam jumlah paling kecil yang disebabkan oleh debu tungau yang kemudian bereaksi dan dilepaskan oleh histamin yang membuat anak menjadi bersin-bersin, pilek, mata berair dsb.Bila anak bersin-bersin, pilek atau mata berair. Hal ini merupakan proses reaksi tubuh untuk melawan alergen yang masuk meskipun efek dari keluarnya histamin (penyebab alergi) dapat memicu serangan asma. Beberapa jenis alergi dari penyebab asma sebenarnya dapat diketahui secara dini dengan melakukan pemeriksaan khusus pada dokter ahli. Setelah diketahui penyebab pasti penyakit asma dari alergi, dokter akan memberikan suatu resep obat anti histamin (anti-alergi) untuk mencegah pelepasan histamin dalam tubuh atau pilihan pengobatan terapi asma yang disarankan dokter.

D.      Manifestasi klinis
1.      Jika asma ringan, anak memiliki ciri atau pola perilaku, seperti :
a.    Anak tampak sesak saat berjalan.
b.    Pada bayi: menangis keras.
c.    Posisi anak: bisa berbaring.
d.   Dapat berbicara dengan kalimat.
e.    Kesadaran: mungkin irritable.
f.     Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
g.    Mengi sedang, sering hanya pada akhir ekspirasi.
h.    Biasanya tidak menggunakan otot bantu pernafasan.
i.      Retraksi interkostal dan dangkal.
j.      Frekuensi nafas: cepat (takipnea).
k.    Frekuensi jalannya urat nadi: normal.
l.      Tidak ada pulsus paradoksus (< 10 mmHg) – SaO2 % > 95%.
m.  PaO2 normal, biasanya tidak perlu diperiksa.
n.    PaCO2 < 45 mmHg 2.
Jika mengalami serangan asma sedang, dengan ciri perilaku, seperti : – Anak tampak sesak saat berbicara. – Pada bayi: menangis pendek dan lemah, sulit menyusu/makan. – Posisi anak: lebih suka duduk. – Dapat berbicara dengan kalimat yang terpenggal/terputus. – Kesadaran: biasanya irritable. – Tidak ada sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). – Mengi nyaring, sepanjang ekspirasi ± inspirasi. – Biasanya menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya sedang. – Frekuensi nafas: cepat (takipnea). – Frekuensi nadi: cepat (takikardi). – Ada pulsus paradoksus (10-20 mmHg) – SaO2 % sebesar 91-95%. – PaO2 > 60 mmHg.
o.    PaCO2 < 45 mmHg 3.
Jika mengalami serangan asma berat tanpa disertai napas yang tiba-tiba berhenti : – Anak tampak sesak saat beristirahat. – Pada bayi: tidak mau minum/makan. – Posisi anak: duduk bertopang lengan. – Dapat berbicara dengan kata-kata. – Kesadaran: biasanya irritable. – Terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa). – Mengi sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi. – Menggunakan otot bantu pernafasan. – Retraksi interkostal dan suprasternal, sifatnya dalam, ditambah nafas cuping hidung. – Frekuensi nafas: cepat (takipnea). – Frekuensi nadi: cepat (takikardi). – Ada pulsus paradoksus (> 20 mmHg)
p.    SaO2 % sebesar < 90 %.
q.    PaO2 < 60 mmHg. – PaCO2 > 45 mmHg
2.      Jika asma berat yang disertai ancaman henti nafas:
a.       Kesadaran: kebingungan.
b.      Nyata terdapat sianosis (kebiruan pada kulit atau membran mukosa).
c.       Mengi sulit atau tidak terdengar.
d.      Penggunaan otot bantu pernafasan: terdapat gerakan paradoks torakoabdominal.
e.       Retraksi dangkal/hilang.
f.       Frekuensi nafas: lambat (bradipnea).
g.      Frekuensi nadi: lambat (bradikardi).
h.      Tidak ada pulsus paradoksus; tanda kelelahan otot nafas.
3.      Kecepatan atau frekuensi nafas pada anak sadar, dilihat dari segi usia :
a.    Usia Frekuensi nafas normal :
1)   < 2 bulan < 60 x / menit
2)   2 – 12 bulan < 50 x / menit
3)   1 – 5 tahun < 40 x / menit
4)   6 – 8 tahun < 30 x / menit
b.    Usia Frekuensi nadi normal :
1)   2 – 12 bulan < 160 x / menit
2)   1 – 2 tahun < 120 x / menit
3)   3 – 8 tahun < 110 x / menit

E.       Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, dll.

F.        Pencegahan
1.    Tindakan pencegahan pada anak yang belum bermanifestasi :
a.    Mensegah terjadinya sesitisasi pada anak ; walau faktor genetic merupakan faktor penting, tetapi manifestasinya dipengaruhi faktor lingkungan. Penghindaraan terhadap makanan-makanan yang mempunyai tingkat alerginitis tinggi baik pada ibu hamil dan yang menyusui maupun sang anak.
b.    Orang tua, terutama ibu dianjurkan tidak merokok.
c.    Pencegahan terjadinya infeksi saluran nafas dan akibatnya.
d.   Pemberian asi eksklusif akan memberikan kekebalan dan efek imunologis pada anak.
2.    Tindakan pencegahan pada anak yang telah bermanifestasi ;
a.    Menhindarkan faktor pencetus ; alergan makanan, inhalan, bahan iritan, infeksi virus/bakterial, hindari latihan fisik yang berat, perubahan cuaca dan emosi sebagai faktor pencetus.
b.    Penggunaan obat-obatan, untuk mengatasi serangan asma.

G.  faktor resiko atau penyebab yang melatar belakangi serangan asma
1.      Jenis kelamin
Jika dilihat dan diamati penyakit asma lebih tinggi di derita oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan.
2.      Usia
Jika diamati dari faktor usia penyakit asma timbul kali pertama pada awal usia seseorang yakni pada tahun-tahun pertama awal kehidupan sekitar 0-17 tahun. Namun penyakit asma baru akan terdeteksi atau diketahui bila melalui pemeriksaan lebih lanjut pada dokter sekitar usia 4-8 tahun.
3.      Alergi
Di Inggris dilaporkan bahwa anak usia 16 tahun yang memiliki riwayat asama atau mengi (bengek) akan mengalami serangan mengi (suara bengek) yang dapat terjadid 2x lipat lebig besar ditambah apabila anak pernah mengalami hay fever, rinitis alergi, atau eksema. Beberapa laporan lainnya juga membuktikan bahwa sensitifitasi dari alergi yang diakibatkan oleh alergen inhalan, susu, telur atau kacang pada tahun pertama kehidupan dapat menjadi indikator penyebab timbulnya penyakit asma.
4.      Lingkungan
Beberapa penderita asma yang disebabkan oleh alergi yang dapat meningkatkan resiko anak menderita asma, antara lain : serpihan atau virus dari bulu binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur/bakteri dan serangga.
5.      Ras
Prevalensi asma dan kejadian dari serangan asma lebih banyak atau lebih tinggi terjadi pada mereka yang memiliki ras kulit hitam dibanding yang memiliki kulit putih.
6.      Asap rokok
Asma juga bisa terjadi pada mereka yang dikatakan seorang perokok.Karena resiko terserang asma lebih besar dan lebih tinggi pada seorang perokok dibanding dengan mereka yang tidak merokok.
7.      Polusi udara
Polusi udara seperti molekul atau partikel-partikel halus yakni debu di jalan raya, nitrat dioksida, karbon monoksida, atau SO2, diduga berperan meningkatkan gejala asma, namun belum didapatkan bukti yang disepakati.
8.      Infeksi saluran pernafasan
Infeksi RSV (respiratory syncytial virus) atau yang dikenal ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan) yang merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan timbulnya penyakit asma yang umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun. Sedangkan infeksi virus berulang yang tidak menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah dapat memberikan perlindungan pada anak terhadap asma.

1.    Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.
2.    Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap hari.
3.    Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar,udara dan air dingin,.
4.    Sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas.

I.     Penatalaksanaan
Anak yang lebih tua atau anak remaja dapat mengenali memiliki asma seringkali menggunakan peak flow meter -sebuah alat kecil yang merekam seberapa cepat seseorang bisa meniup udara-untuk mengukur tingkat gangguan saluran udara.Alat ini bisa digunakan sebagai penilaian objektif pada kondisi si anak.Pengobatan pada sebuah serangan berat terdiri dari membuka saluran udara (bronchodilation) dan menghentikan peradangan.Berbagai macam obat-obatan inhalasi membuka saluran udara (bronchodilator).Contoh khusus adalah albuterol dan ipratropium.Anak yang lebih tua dan anak remaja biasanya bisa menggunakan obat-obatan ini menggunakan alat inhalasi dengan dosis meteran.Anak yang lebih tua dari 8 tahun atau seringkali menemukan kemudahan untuk menggunakan inhalasi dengan pengatur jarak atau ruangan penyangga dipasang.Bayi dan anak yang sangat kecil kadangkala bisa menggunakan alat inhalasi dan pengatur jarak jika masker ukuran bayi dipasang.Anak yang tidak menggunakan alat inhalasi bisa menerima obat-obatan inhalasi di rumah melalui masker yang terpasang pada nebulizer, sebuah alat kecil yang menghasilkan uap obat menggunakan udara yang dipadatkan.

Anak yang sedang mengalami serangan berat juga bisa diberikan kortikosteroid melaui mulut.Anak dengan serangan hebat diobati di rumah sakit dengan memberikan bronchodilator dalam nebulizer setidaknya setiap 20 menit pada awalnya.Kadangkala dokter menggunakan suntikan epinephrine, sebuah bronchodilator, pada anak dengan serangan hebat jika mereka tidak bisa bernafas dengan cukup pada uap nebulizer.Dokter biasanya memberikan infus kortikosteroid kepada anak yang memiliki serangan hebat.

Anak yang menderita asma ringan, dengan serangan yang jarang biasanya menggunakan obat-obatan hanya pada waktu serangan.Anak yang sering atau dengan serangan hebat juga perlu menggunakan obat-obatan bahkan ketika mereka tidak mengalami serangan.

Obat-obatan lain digunakan berdasarkan frekwensi dan kerasnya serangan pada anak.Anak dengan serangan yang jarang yang tidak terlalu parah biasanya menggunakan obat-obatan inhalasi, seperti cromolyn atau nedocromil, atau dosis rendah pada kortikosteroid yang diinhalasi setiap hari untuk membantu mencegah serangan.Obat-obatan ini mencegah lepasnya zat kimia yang melukai saluran udara, dan mengurangi peradangan.Menyiapkan theophylline untuk penggunaan yang lama adalah pilihan yang tidak mahal untuk pencegahan pada beberapa anak.

Anak dengan serangan yang sering atau lebih hebat juga menerima satu atau lebih obat-obatan, termasuk bronchodilator jangka panjang seperti salmeterol, leukotriene modifier, seperti zafirlukast atau montelukast, dan kortikosteroid yang dihirup.Jika obat-obatan ini tidak mencegah serangan hebat, anak bisa membutuhkan kortikosteroid yang dihirup melalui mulut.Anak yang berpengalaman terserang hebat selama olahraga biasanya menghirup sejumlah dosis bronchodilator hanya sebelum olahraga.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1.      Pengobatan dengan obat-obatan Seperti :
a.    Beta agonist (beta adrenergik agent)
b.    Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c.    Anti kolinergik (bronkodilator)
d.   Kortikosteroid
e.    Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2.      Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
a.     Oksigen 4-6 liter/menit.
b.    Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
c.     Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
d.    Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

Adapun bahan herbal yang dapat membantu meringankan dan mengatasi asma dan serangan asma lainnya, diantaranya :
1.      Resep 1
Beberapa buah lobak putih dicuci bersih lalu dipotong sedang dan dijus hingga mendapat 1 mangkuk, lalu di tim dan diminum.
2.      Resep 2
Siapkan 15 gram bunga melati yang direbus dengan 400 cc sampai mendidih hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
3.      Resep 3
Ambil 30 gram akar tanaman putri malu/sikejut direbus dengan 400 cc rebus sampai mendidih hingga tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
4.      Resep 4
15 gram bunga kenop segar direbus dengan 400 cc hingga mendidih dan tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
5.      Resep 5
15 gram bunga melati dan 15 gram rimpang jahe direbus dengan 600 cc hingga tersisa 300 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat sebanyak ½ gelas untuk 1x minum.
6.      Resep 6
Irisan jahe setebal 3 mm ditempelkan dengan menggunakan koyo hangat/koyo cabe pada titik dazhui.
7.      Resep 7
60 gram rumput jukut pendul direbus dengan 400 cc hingga mendidih dan tersisa 200 cc, kemudian airnya diminum selagi hangat.
8.      Resep 8
10 lembar daun kecubung diiris-iris dan dijemur sampai kering.Gunakan untuk meroko dengan menggunakan bungkus dari kelobot jagung atau kulit jagung yang sudah tua. Tidak perlu dilakukan setiap hari cukup minimal 2x seminggu
9.      Resep 9
3 siung bawang putih ditumbuk halus, lalu dicampur dengan 1 sendok makan madu, dan gula batu secukupnya.Rebus seluruh bahan tersebut hingga mendidih sambil diaduk rata dan sampai tercium aroma dari herbal tersebut, kemudian diperas dan disaring.Diminum setiap hari, setiap pagi hari hingga sembuh.
Untuk resep dari ramuan diatas dianjurkan untuk diminum dan diulangi penggunaannya cukup konsumsi 2x sehari.

Contoh-Conto obat yang digunakan pada penyakit asma :
1.      Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter, pemberian magnesium sulfat intravena (infus) di rumah sakit mempunyai efektivitas sama dengan pemberian beta agonis.
2.      Mukolitik (pengencer dahak)
Pemberian mukolitik (misalnya Bisolvon sirup) pada serangan asma dapat saja diberikan, tetapi harus berhati-hati pada anak dengan refleks batuk yang tidak optimal.Pemberian mukolitik secara inhalasi (hirupan) tidak mempunyai efek yang signifikan, tetapi harus berhati-hati pada serangan asma berat.
3.      Antibiotika
Pemberian antibiotika pada asma tidak dianjurkan, karena sebagian besar pencetusnya bukan infeksi bakteri, melainkan infeksi virus.Pada keadaan tertentu, antibiotika dapat diberikan, yaitu pada infeksi saluran napas yang dicurigai karena bakteri, atau dugaan sinusitis yang menyertai asma.
4.      Obat sedasi (mempunyai efek membuat kantuk)
Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan, karena menekan pernapasan.
5.      Anti histamin (anti alergi)
Anti histamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak mempunyai efek yang bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.
J.     Pemeriksaan Penunjang :
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1.        Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2.        Tes provokasi :
a.    Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
b.    Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
c.    Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin, metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua destilata.
d.   Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
3.        Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4.        Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.\
5.        Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6.        Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.

K.  Pengkajian
1.        Identitas klien
a.    Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
b.    riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c.    Status mental : lemas, takut, gelisah
d.   Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
e.    Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
f.     Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
2.        Pemeriksaan fisik
a.    inspeksi
1)   Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2)   Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3)   Keabnormalan struktur Thorax
4)   Contour dada simetris
5)   Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6)   RR dan ritme selama satu menit.
b.    Palpasi :
1)   Temperatur kulit
2)   Premitus : fibrasi dada
3)   Pengembangan dada
4)   Krepitasi
5)   Massa
6)   Edema
c.    Auskultasi
1)   Vesikuler
2)   Broncho vesikuler
3)   Hyper ventilasi
4)   Rochi
5)   Wheezing
6)   Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.

L.   Diagnosa Keperawatan
1.      Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan :Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a.    Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b.    Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c.    Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
d.   Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.
e.    Berikan air hangat.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
f.     Kolaborasi obat sesuai indikasi.
Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2.      Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan :Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
a.       Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
b.      Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
c.       Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
d.      Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e.       Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
f.       Kolaborasi
1)   Berikan oksigen tambahan
2)   Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

3.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.
Intervensi :
a.       Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b.      Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.
c.       Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
d.      Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
e.       Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
f.       Kolaborasi
1)   Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
2)   Berikan obat sesuai indikasi.
3)   Vitamin B squrb 2×1.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
4)   Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil :
KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
a.       Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.      Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
c.       Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
d.      Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
e.       Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

5.      Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan :Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
Kriteria hasil :
Mencari tentang proses penyakit :
a.       Klien mengerti tentang definisi asma
b.      Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma
c.       Klien mengerti komplikasi dari asma
Intervensi :
a.       Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.
Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.
b.      Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
c.       Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya.
d.      Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan.
Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi.
e.       Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

 
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam BAB ini akan membahas tentang beberapa hal penting yang mengenai asuhan keperawatan asma pada anak. Asma pada anak itu ialah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang atau mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala. (Scadding dan pengalaman klinis Godfrey). Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Faktor-faktor penyebab asma pada anak:
1.     Faktor emosi ; gangguan emosi dapat menyebabkan penyempitan saluran nafas
2.     Faktor imunologis / alergi ; saat ini telah banyak bukti bahwa alergi merupakan salah satu faktor penting berkembangnya asma. Atopi merupakan faktor resiko nyata yang dapat menyebabkan timbulnya gejala asma.
3.     Faktor non alergi ; infeksi virus / bacterial dan zat-zat iritan / polutan.
4.     Faktor keturunan
5.     Asma yang disebabkan oleh olahraga yang berlebih.
6.     Asma yang disebabkan karena alergi.

Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan penyakit asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal nafas, dll.


Hal-hal yang harus diperhatikan pada asma anak yang pertama Hindari makan makanan yang mengandung kola, bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan. Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk, selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah . sebaiknya laci / rak dibersihkan dengan lap basah, gordin dan selimut dicuci setiap 2 minggu , karpet, majalah, mainan , buku dan pakaian yang jarang dipakai diletakkan di luar kamar tidur dan lantai dipel setiap hari. Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi, asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara yang tercemar,udara dan air dingin. Sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya jangan melakukan aktivitas fisik yang berat, sebelum melakukan aktivitas fisik sebaiknya melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan jika perlu pemberian obat sebelum beraktivitas. Selain itu juga Penyakit asma bisa dicegah dengan mengatur pola hidup yang seimbang dan sehat dengan menjaga kondisi tubuh dari perubahan cuaca yang terkadang tidak menentu, pola makan, olahraga yang teratur, jauhi rokok dan minuman alkohol serta menjaga kebersihan dan keseimbangan ekosistem sekitar lingkungan rumah anda




BAB IV
penutup

A.  Kesimpulan
Asma pada anak ialah penyakit yang ditandai dengan variasi luas dalam periode waktu yang pendek daripada hambatan aliran udara dalam saluran nafas paru yang bermanifestasi sebagai serangan berulang atau mengi yang dipisahkan oleh interval bebas gejala. (Scadding dan pengalaman klinis Godfrey). Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Kejadian asma meningkat di hamper seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadagkala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak ade kuat. Umumnya gejala klinis dtandai dengan adanya sesak nafas dan mengi (nafas yang berbunyi). Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak-anak yang menunjukkan batuk dan / atau mengi yang timbul secara episodic, cenderung pada malam / dini hari , musiman, setelah aktivitas, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien dan keluarganya.

B.  Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu sangat diharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca yang bersifat membangun agar kedepan penulis dapat menyempurnakan makalah ini.

 


4 comments: