Friday, 8 June 2012

Farmakoterapi Hiv


PENDAHULUAN

A.      Pengertian
Human Immuno Deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga “sel CD – 4”.

B.       Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.    Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.    Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.    Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.    Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.    AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a.    Lelaki homoseksual atau biseks.
b.    Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
c.    Orang yang ketagian obat intravena
d.   Partner seks dari penderita AIDS
e.    Penerima darah atau produk darah (transfusi).

C.       Manifestasi Klinis
1.    Aktifitas
a.    Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise
b.    Perubahan pola tidur
c.    Kelemahan otot, menurunnya massa otot
d.   Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan

2.    Sirkulasi
a.    Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)
b.    Takikardia, perubahan TD postural
c.     Menurunnya volume nadi perifer
d.    Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler

3.    Integritas ego
a.    Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain
b.    Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
c.    Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
d.   Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah
e.    Kehilangan kontrol diri dan depresi
f.     Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
g.    Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang
h.    Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama.

4.    Eliminasi
a.    Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal
b.    Nyeri panggul, rasa terbakar
c.    Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah
d.   Diare pekat yang sering
e.    Nyeri tekan abdominal
f.     Lesi atau abses rectal, personal
g.    Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin

5.    Makanan / cairan
a.    Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah
b.    Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
c.    Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot
d.   Turgor kulit buruk
e.    Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna
f.     Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
g.    Edema (umum, dependen)

6.    Higiene
a.    Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
b.    Memperlihatkan penampila yang kurang rapi
c.    Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri

7.    Neurosensori
a.    Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental
b.    Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun
c.    Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran
d.   Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
e.    Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal)
f.     Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat
g.    Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis
h.    Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia
i.      Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
j.      Vocalis: hemi paresis; kejang
k.    Hemoragi retina dan eksudat

8.    Nyeri / kenyamanan
a.    Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
b.    Sakit kepala (keterlibatan ssp)
c.    Nyeri dada pleuritis
d.   Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
e.    Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
f.     Gerak otot melindungi bagian yang sakit

9.    Pernapasan
a.    Isksering, menetap
b.    Napas pendek yang progresif
c.    Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
d.      Bendungan atau sesak dada
e.       Takipnea, distres pernapasan
f.       Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
g.      Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)

10.    Keamanan
a.       Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya
b.      Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
c.       Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
d.      Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
e.       Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam
f.       Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
g.      Rektum, luka-luka perianal atau abses
h.      Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha)
i.        Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan

11.    Seksualitas
a.         Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal
b.         Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
c.         Penggunaan kondom yang tidak konsisten
d.        Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina)
e.    Kehamilan atau resiko terhadap hamil

12.    Interaksi sosial
a.    Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan
b.    Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS
c.    Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana
d.   Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
e.    Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

13.    Penyuluhan / pembelajaran
a.    Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
b.    Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol

Menurut WHO:
1.    Gejala mayor
a.    Penurunan BB ≥ 10%
b.    Demam memanjang atau lebih dari 1 bulan
c.    Diare kronis
d.   Tuberkulosis
2.    Gejala minor
a.    Koordinasi orofaringeal
b.    Batuk menetap lebih dari 1 bulan
c.    Kelemahan tubuh
d.   Berkeringat malam
e.    Hilang nafsu makan
f.     Infeksi kulit generalisata
g.    Limfodenopati
h.    Herpes zoster
i.      Infeksi herpes simplek kronis
j.      Pneumonia
k.    Sarkoma kaposi

Hubungan antara stadium dan skala aktifitas gambaran klinis
a.    Stadium 1 :
Asimptomatic, aktivitas normal, Asimptomatic, dan Limfodenopati generalisata.
b.    Stadium 2 :
Simptomatic, aktivitas normaL BB menurun < 10%. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti: dermatitis, pruigo, ulkus oral, seboroik, onikomikosis yang rekuren dan kheilitis angularis, Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir, dan terjadi infeksi saluran afas bagian atas seperti: sinusitis bakteriaslis
c.    Stadium 3 :
Pada umumnya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%, BB > 10%, Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan, Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, Kandidiasi orofaringeal, Oral hairy leukoplakia, TB Paru dalam tahun terakhir, dan Infeksi bacterial yang berat seperti: pneumonia dan piomiositish
d.   Stadium 4 :
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50%, HIV wasting syndrome seperti: yang didefenisikan oleh CDC, Pneumonia pneumocytis carinii, Toksoplasmosis otak, Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan, Retinitis virus sitomegalo, sriptokokosis extra pulmonal, Herpes simplex mukokutan > 1 bulan, Leukoensepalopati multifokal progresif, Mikosis disminata seperti histoplasmosis, Kandidiasis disofags, trakea, bronkus dan paru, Mikobakteriasis atipikal diseminata, Septisemia salmonelosis nontifoid, Tuberkulosis di luar paru, Limfoma, dan Sarkoma kaposi.
D.  Pencegahan
1.    Hindarkan hubungan seksual diluar nikah dan usahakan hanya berhubungan dengan satu pasangan seksual.
2.    Pergunakan selalu kondom, terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi.
3.    Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV sebaiknya jangan hamil, karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang dikandungnya. Akan bila berkeinginan hamil hendaknya selalu berkonsultasi dengan dokter.
4.    Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor darah.
5.    Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupunktur, jarum tatto, jarum tindik, hendaknya hanya sekali pakai dan harus terjamin sterilitasnya.
6.    Jauhi narkoba, karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV atau AIDS di kalangan panasun (pengguna narkoba suntik) 3-5 kali lebih cepat dibanding perilaku risiko lainnya. Di Kampung Bali Jakarta 9 dari 10 penasun positif HIV.

E.   Komplikasi
1.    Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2.    Neurologik
a.    kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
b.    Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c.    Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
d.   Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
3.    Gastrointestinal
a.    Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
b.    Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
c.    Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4.    Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, dan gagal nafas.
5.    Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6.    Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan. Pendengaran : otitis eksternal aku

F.   Pemeriksaan Diagnostik

1.    Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

a.    ELISA

b.    Western blot

c.    P24 antigen test

d.   Kultur HIV

2.    Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a.    Hematokrit.

b.    LED

c.    CD4 limfosit

d.   Rasio CD4/CD limfosit

e.    Serum mikroglobulin B2

f.     Hemoglobulin

 

G.  Penatalaksanaan

1.    Respon biologis / aspek fisik

Universal precaution :

a.         Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh

b.        Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

c.         Dekontaminasi cairan tubuh pasien

d.        Memakai alat kedokteran sekali pakai atau mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai

e.         Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan

f.         Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman

2.    Peran perawat dalam pemberian ARV

Tujuan terapi ARV:

a.         Menghentikan replikasi HIV

b.        Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi opurtunistik

c.         Memperbaiki kualitas hidup

d.        Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV

3.    Pemberian nutrisi

Pasien dengan HIV – AIDS harus mengkonsumsi suplemen atau nutrisi tambahan bertujuan untuk beban HIV – AIDS tidak bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral

 

 

4.    Aktivitas dan istirahat

Respon adaptif psikologis :

a.         Pikiran positif tentang dirinya

b.        Mengontrol diri sendiri

c.         Rasionalisasi

d.        Teknik perilaku

Respon sosial :

a.         Dukungan emosional

b.        Dukungan penghargaan

c.         Dukungan instrumental

d.        Dukungan informatif

Respon spiritual :

a.         Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan

b.        Padai mengambil hikmah

c.         Kestabilan hati

Resiko epidemiologis infeksi HIV sistomatik:

a.         Perilaku beresiko epidemiologis

b.        Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan kondom

c.         Pecandu narkotik suntikan

d.        Hubungan seksual yang tidak aman

e.         Memiliki banyak mitra seksual

f.         Mitra seksual yang diketahui pasien HIV / AIDS

g.        Mitra seksual di daerah dengan prevalensi HIV / AIDS yang tinggi

h.        Homoseksual

i.          Pekerjaan dan pelanggan tempat hiburan seperti: panti pijat, diskotik, karaoke atau tempat prostitusi terselubung

j.          Mempunyai riwayat infeksi menular seksual (IMS)

k.        Riwayat menerima transfusi darah berulang

l.          Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat yang tidak steril:

 

H.  Diagnosa keperawatan

1.        Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif

2.        Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat

3.        Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular

4.        Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi Vitamin K

5.        Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna d/d penurunan berat badan

6.        Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri

7.        Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit

8.        Perubahan membran mukosa oral b/d defisit imunologi d/d candidiasis

No comments:

Post a Comment