Tuesday 22 May 2012

Askep Keluarga Child bearing


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.  Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 –14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu).

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia, 1997 ; 398). Anemia adalah menujukan rendah nya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hemaktorit di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838) Anemia merupakan buakn penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat ganguan funsi tubuh, secara fisiologis anemia terjadi apabila  kekurangan hemoglobin untuk mengakut oksigrn ke jaringan.

B.    Tujuan
1.    Untuk megetahui definis dari anemia
2.    Untuk megetahui etiologi dari anemia
3.    Untuk megetahui patofisiologi dari anemia
4.    Untuk megetahui kemungkinan Komplikasi yang muncul dari anemia
5.    Untuk megetahui pemeriksaan Khusus dan Penunjang dari anemia
6.    Untuk megetahui terapi yang Dilakukan dari anemia

C.    Rumusan masalah
1.    Apa  definis dari anemia
2.    Apa etiologi dari anemia
3.    Apa patofisiologi dari anemia
4.    Apa kemungkinan Komplikasi yang muncul dari anemia
5.    Apa  khusus dan Penunjang dari anemia
6.    Apa terapi yang Dilakukan dari anemia


BAB II
LANDASAN TEORI


A.    Konsep Dasar Keluarga
1.    Pengertian
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami  kehamilan.  Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 –14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester III (28 – 42 minggu).

2.    Konsep Perkembangan
Perkembangan / Perubahan Fisik
a.    Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih hitam dibandingkan  sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

b.    Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria. Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c.    Perubahan payudara  
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah sebagai berikut.
1)    Payudara membesar, tegang dan sakit
2)    Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
3)    Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae sekunder
4)    Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
5)    Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16 minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.

d.    Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5 bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta linea nigra.

e.    Perubahan alat kelamin luar  
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.

f.    Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

g.    Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar. Perkembangan / Perubahan Psikologis. Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
•    Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
•    Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
•    Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.

3.    Masalah yang sering terjadi
a.    Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.

b.    Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin. Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.

c.    Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993). Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil.

d.    Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama masa hamil (Gaffney,1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

4.    Tugas Perkembangan
a.    Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan. Kesiapan menyambut kehamilan.
1)    Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,” mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini. Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon ”suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.

2)    Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil. Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali. Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini. Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik untuk mendukung kehamilan. Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984).

b.    Mengenal peran ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen. Peran–peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu. Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.

c.    Hubungan Ibu – Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman. Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan(Rubin, 1975). Persiapan melahirkan, banyak wanita khususnya nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).

d.    Hubungan dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah dari sang anak (Richardson,1983), karena semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru tersebut.Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.

e.    Kesiapan untuk melahirkan  
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat. Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

B.    Konsep Dasar Penyakit
1.    Pengertian Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2.    Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
a.    hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
b.    derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.


                                                Anemia

                                        Viskositas darah menurun

                                    Resistensi aliran darah perifer

                                Penurunan transport O2 ke jaringan

                                             Hipoksia, pucat,

                                                      Lemah

                                       Beban jantung meningkat

                                      Kerja jantung meningkat

                                                  Payah jantung

3.    Etiologi:
a.    Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b.    Perdarahan
c.    Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d.    Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
4.    Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis
a.    Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1)    Anemia aplastik
Penyebab:
•    agen neoplastik/sitoplastik
•    terapi radiasi
•    antibiotic tertentu
•    obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
•    benzene

                      infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)

                       Hambatan humoral/seluler

                 Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

                                     Pansitopenia

                                 Anemia aplastik

Gejala-gejala:
•    Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
•    Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
•    Morfologis: anemia normositik normokromik

b.    Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
•    Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
•    Hematokrit turun 20-30%
•    Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

c.    Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

d.    Anemia defisiensi besi
Penyebab:
•    Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
•    Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
•    Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)

                                             Gangguan eritropoesis

                                    Absorbsi besi dari usus kurang

                                  Sel darah merah sedikit (jumlah kurang)

                                 Sel darah merah miskin hemoglobin

                                            Anemia defisiensi besi


Gejala-gejalanya:
•    Atropi papilla lidah
•    Lidah pucat, merah, meradang
•    Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
•    Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e.    Anemia megaloblastik
Penyebab:
•    Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
•    Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
                                         Sintesis DNA terganggu

                             Gangguan maturasi inti sel darah merah

                                 Megaloblas (eritroblas yang besar)

                                Eritrosit immatur dan hipofungsi


f.    Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
•    Pengaruh obat-obatan tertentu
•    Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
•    Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
•    Proses autoimun
•    Reaksi transfusi
•    Malaria


             Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

                         Antigen pada eritrosit berubah

                        Dianggap benda asing oleh tubuh

                    Sel darah merah dihancurkan oleh limposit

                                  Anemia hemolisis

Tanda dan Gejala
•    Lemah, letih, lesu dan lelah
•    Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
•    Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

5.    Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
a.     Gagal jantung
b.     Parestisia dan
c.    Kejang

6.    Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
a.    Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
b.    Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
c.    Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis




7.    Terapi yang Dilakukan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
a.    Anemia aplastik:
•    Transplantasi sumsum tulang
•    Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

b.    Anemia pada penyakit ginjal
•    Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
•    Ketersediaan eritropoetin rekombinan

c.    Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

d.    Anemia pada defisiensi besi
•    Dicari penyebab defisiensi besi
•    Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

e.    Anemia megaloblastik
•    Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
•    Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
•    Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.


BAB III
Pengkajian keperawatan keluarga pada Tn. M di
Desa Fajar Kec. Suka Marga
Lampung

A.    PENGKAJIAN
1.    Data  Dasar
Kepala Keluarga
Nama         :     Tn.M
Umur        :     30  th
Jenis Kelamin     :     Laki - laki
Agama     :     Islam
Pendidikan     :     SMP
Pekerjaan     :     Tani
Alamat        :     Desa Fajar Kec Suka Marga

2.    Komposisi Keluarga

No    Nama    Umur    Sex    Agama    Hubungan dg KK    Pendidikan    Pekerjaan
1

    Ny.L    28 Th    P    Islam    Istri    SMP    IRT













3.    Genogram







Keterangan:

              :     Laki - laki                 :    Ikatan Perkawinan

             :     Perempuan                 :    Keturunan

             :    Klien                       :          Tinggal satu rumah

            :     Meninggal

Berdasarkan diagram diatas di dapatkan bahwa ada yang pernah menderita anemia. Keluarga mengatakan bahwa orang tua dari Tn. M meninggal karena usia tua dan orang tua dari Ny. L meninggal karena usia tua.

4.    Tipe Keluarga
Tipe keluarga dari Tn. M termaksud keluarga inti karena hanya terdapat suami istri.

5.    Latar Belakang Budaya
Tn. M berasal dari suku lampung, Ny. L berasal dari suku lampung juga, keluarga mengatakan Tn. M dan keluarga sehari - hari menggunakan bahasa Indonesia. Tn. M mengatakan dari sukunya tidak ada kebiasaan yang mempengaruhi terhadap kesehatan, tidak ada pantangan terhadap suatu makanan tertentu seperti daging sapi, ikan dan lain - lain. Keluarga mengatakan jika sakit biasanya terlebih dahulu membeli obat warung atau pergi ke puskesmas.
6.    Identitas Agama
Tn. M mengatakan anggota keluarganya beragama islam. Menurut keluarga agama meupakan kepercayaan yang dijadikan sebagai tempat untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

7.    Rekreasi Keluarga
Tn. M mengatakan keluarganya tidak mempunyai jadwal khusus untuk berekreasi, jika sedang jenuh Tn. M dan keluarganya cukup berjalan -jalan di sekitar rumah, menonton TV dan mengobrol dengan tetangga di sekitar rumah. Setelah itu Tn. M mengatakan jenuhnya berkurang, sedangkan An.Y mengatakan jika jenuh ia bermain keluar dengan teman - temannya. Sedangkan Ny. L mengatakan menghilangkan jenuhnya dengan mengobrol dengan tetangga.

8.    Riwayat Kesehatan Keluarga
a.    Riwayat Kesehatan Keluarga 6 Bulan Terakhir
Ny. L mengatakan usianya saat ini 28 tahun dan sedang hamil 6 bulan.Ny. L mengatakan sudah 2 kali memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat. Ny. L mengatakan saat memeriksakan kehamilannya dianjurkan untuk makan sayur-sayuran serta lauk-pauk selama kehamilannya dan Ny. L tidak mengikuti semua anjuran dari bidan kecuali makan sayuran karena sejak kecil Ny. L tidak menyukai makan sayuran. Ny. L mengatakan bahwa bidan telah memberikan obat untuk penambahan darah agar Ny. L tidak merasa lemah. Ny, H mengatakan tidak mengetahui bahaya dari kehamilan diusia tua.











b.    Pemeriksaan Fisik

No    Jenis
Pemeriksaan    Tn. M    Ny. L
1    Rambut    Rambut ber
Sih beruban
Penyebaran merata, tidak mudah tercabut atau rontok.    Rambut ber sih beruban penyebaran merata, tidak tercabut atau rontok
2    Mata    Konjungtiva
Ananemis, skera ankite rik, pupil isokor    Konjungtiva anemis, skera anikte rik, pupil isokor
3    Hidung    Tidak ada polip, tidak ada secret, hidung bersih    Tidak ada polip, tidak ada secret, hidung bersih
4    Mulut dan gigi    Tidak terda pat stomati tis, gigi gera ham depan dan belakang belum ada yang copot.    Tidak terda pat stomati tis, gigi gera ham depan dan belakang belum ada yang copot, gigi seri co pot 2 buah/ tanggal
5    Leher    Tidak ada pembesaran kelenjar tiro id    Tidak ada pembesaran kelenjar tiro id
6    Tonsil    Tidak ada pembengkak kan    Tidak ada pembengkak kan
7    Dada
a. Jantung



b. Paru


c. Bentuk

   
Suara jan tung terde ngar Bj.1 dan Bj. 2
Suara nafas vesikuler
Simetris kanan dan kiri   
Suara jan tung terde ngar Bj.1 dan Bj. 2
Suara nafas vesikuler
Simetris kanan dan kiri
8    Abdomen
a. Peristaltik

b. Asites

c. Tursor   
Bising 17 x/
Menit
Tidak ada asites
Elastis   
Bising 20 x/
Menit
Tidak ada asites
Elastis
9    Ekstermitas
a. Gerakan

b. CRT

c. Odema   
Dapat digerakan
< 3 detik

Tidak ada odema   
Dapat digerakan
< 3 detik

Tidak ada odema
10    TTV
a. TD

b. Nadi   
120/80
mmHg

85x/menit   
160/90 mmHg
85x/menit


9.    Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a.    Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Tn. M adalah menanti kelahiran. Tugas perkembangan nya yaitu menanati anggota keluarga yang baru, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses menua termaksud timbulnya masalah - masalah kesehatan.
Tn. M kurang mengetahui begitu jelas tentang tugas perkembangan keluarga, menurut Tn. M keluarga melakukan komunikasi secara terbuka terhadap anak -anaknya.

b.    Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c.    Riwayat keluarga inti
Tn, M mengatakan telah membina keluarga dengan istrinya Ny. L selama 8  th.Tn. M dan Ny. L bertemu di daerah Lampung mereka masih menanti seorang anak. Tn. M mengatakan hidupnya cukup dan sangat bahagia.


10.    Lingkungan
a.    Karakteristik rumah
Menurut Tn.M keluarga menempati rumah milik sendiri dengan ukuran 15 x. 20 m2, lantai semen atap genteng, penerangan cukup , ventilasi cukup , tempat pembuangan sampah tersedia, air untuk masak berasal dari air sumur, jumlah ruangan ada 7 ruangan, 1 ruang tamu,2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, , 1 kamar mandi, 1 ruang makan dan 1 dapur.   

   
Keterangan :
1.    Ruang tamu
2.    Kamar tidur
3.    Ruang keluarga
4.    Kamar tidur
5.    Dapur
6.    Ruang makan
7.    Kamar mandi
8.    Dapur



b.    Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Dilingkungan keluarga Tn. M adalah alam pedesaan yang jaraknya berjauhan satu dengan yang lain. Adapun rumah rata -rata semipermanen, rata - rata tetangga Tn. M berstatus ekonomi menengah keatas, kebanyakan bekerja sebagai pegawai negri sipil, komunitas antar tetangga terjalin baik, tidak ada aturan dalam lingkungan serta budaya apapun yang mempengaruhi kesehatan lingkungan.

c.    Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. M mengatakan sudah ±  10 tahun tinggal di daerah tersebut bersama keluarganya dan belum pernah berpindah ke tempat lain.

d.    Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Bila ada waktu senggang Tn. M sering ngobrol dengan tetangga sekitar rumahnya, hubungan dengan tetangga harmonis tidak ada masalah.

11.    Struktur Keluarga
a.    Pola dan proses komuniksi keluarga
Dalam keluarga Tn. M yang paling dominan berbicara adalah Tn. M anggota keluarga menghabiskan waktunya bersama untuk mengobrol, berdiskusi dan bertukar pendapat tentang masalah yang di hadapi.
b.    Struktur kekuatan keluarga
Dalam mengambil keputusan, keluarga biasanya berkumpul dan bermusyawarah , tetapi pada akhirnya keputusan tetap diambil oleh Tn. M yang berperan sebagai kepala keluarga.

c.    Struktur peran
Tn. M mengatakan di keluarganya ia berperan sebagai kepala keluarga yang memegang peran dalam menentukan keputusan. Ny. L mengatakan suaminya sangat memperhatikan keluarga, anak pertama dan keduanya sudah menjalankan perannya dengan baik yaitu dengan sekolah dan belajar dengan baik.

12.    Fungsi Keluarga
a.    Fungsi Afektif
Tn. M mengatakan hubungan antara keluarga harmonis, bila ada anggota keluarga yang sakit masing masing akan merasa sedih dan selalu berdoa agar cepat sembuh dan berusaha mencari obat baik obat tradisional maupun obat dari dokter.

b.    Fungsi Sosialisasi
Hubungan keluarga Tn. M dengan tetangga sekitar rumahnya sangat baik ini di buktikan dengan banyak tetangga yang mengobrol secara bergantian. Interaksi keluarga dengan tetangga berjalan baik. Masing - masing keluarga menghargai peraturan, norma dan budaya serta menjauhkan diri dari prilaku yang tidak baik.

c.    Fungsi ekonomi
Dalam keluarga Tn. M yang memiliki penghasilan adalah Tn. M dan Ny. L penghasilan tidak tetap. Penghasilan tersebut bila di jumlahkan Rp. 500.000/ bln.menurut keluarga penghasilan itu cukup tidak cukup untuk membiayai kebutuhan rumah tanggganya.

d.    Fungsi Perawatan kesehatan keluarga
1)    Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn. M yaitu Ny.L mengatakan kurang mengetahui tentang penyakit anemia. la mengatakan kurang mengetahui tanda dan gejala dari penyakit anemia. Ny.L mengatakan jika penyakinya kambuh ia merasakan kepalanya pusing seperti berputar - putar, mual, tidak nafsu makan, badan terasa lemah, gejala tersebut berkurang jika Ny.L minum obat dari dokter dan beristirahat di rumah.

2)    Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Ny.L mengatakan ia kurang mengetahui akibat yang di timbulkan dari penyakitnya, dan Ny.L juga mengatakan tidak mengetahui cara menanggulangi penyakit tersebut, apalagi memutuskan tindakan apa yang harus di ambil untuk menanggulangi penyakitnya tersebut.

3)    Keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.L dan keluarga mengatakan kurang mengatahui bagaimana cara merawat anggota keluarga yang sakit anemia.

4)    Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan
Keluarga Tn. M mengatakan mengetahui jika lingkungan yang bersih dan sehat dapat meningkatkan kesehatan keluarga pula. Dan Tn. M mengatakan ia mengatahui jika lingkungan rumah bersih maka penyakit pun jarang datang.

5)    Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatahui jika dilingkungannya terdapat fasilitas kesehatan yang dapat di gunakan, Ny.L mengatakan jika penyakitnya kambuh ia langsung memeriksakan diri ke puskesmas / pelayanan kesehatan terdekat.

e.    Fungsi Reproduksi
Tn. M mengatakan ia dan keluarganya merencanakan ingin punya anak berapa, tergantung tuhan yang memberikanya. Dulu Ny. L mengatakan KB jenis pil, namun sudah 18 tahun ini ia menggunakan KB spiral.

f.    Fungsi Pendidikan
Tn.M mengatakan bahwa pendidikan di dalam keluarga nya sangat penting. Pendidikan yang baik merupakan kunci sukses di masa mendatang.

13.    Masalah Kesehatan spesifik
a.    Keluarga berencana

b.    Stres dan Koping Keluarga
Tn. M terakhir dengan keadaan anak nyata sekarang, namun iapun sudah lebih lega karena keadaan anaknya sudah lebih membaik dari pada beberapa bulan yang lalu.
c.    Harapan keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Keluarga Tn. M berharap dengan adanya petugas kesehatan maka semua penyakit dapat teratasi.











B.    Analisa Data

NO    DATA    MASALAH    ETIOLOGI
1    DS  :
-    Ny. L mengatakan terkadang merasa kepalanya pusing
-    Ny. L  mengatakan terkadang tidak nafsu makan
-    Ny. L  mengatakan tidak suka makan sayur-sayuran
-    Ny. L mengataka lelah setelah beraktivitas
DO :
TD   : 160/de90mmHg
RR   : 22X/mnt
N    : 78X/mnt
S     : 36oC
Konjungtiva anemis
Membrane mukosa kering
Wajah terlihat pucat
    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. M khususnya Ny. L
    Ketidakmampuan keluarga mengenal anemia


C.    Diagnosa keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. M khususnya Ny. L
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal anemia.




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Rendahnya pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh keluarga untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.
Berdasrkan dari hasil uraian asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. Mkhususnya Ny. L  di Wilayah kerja Puskesmas Suka Marga tanggal 12 April 2012, maka perawata penyimpulkan :
1.    Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. M khususnya Ny. L, ditemukan masalah kesehatan yaitu thypoid. Gejala yang ditemukan bahwa Ny. L mengeluh kepalanya pusing badannya panas pada waktu malam hari dan demam yang disertai menggigil, bibir pecah-pecah dan kering, lidah tertutup selaput putih kotor.
2.    Diagnosa keperawatan
Masalah-masalah yang ada di keluarga Tn. Mditegakkan tiga diagnosa keperawatan yaitu, Anemia Pada keluarga Tn. M khususnya Ny. L berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
3.    Intervensi
Intervensi merupakan tindakan yang ditemukan perawat untuk dilaksanakan dan disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan yaitu memberikan penyuluhan terhadap keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara perawatan serta pencegahan penyakit anemia,
4.    Implementasi
Implementasi dilakukan pada keluarga Tn. M khususnya Ny. L dengan masalah thypoid mencakup penyuluhan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta cara perawatan dan pencegahan anemia.
5.    Evaluasi
Tindakan evaluasi merupakan tindakan keperawatan dikaitkan dengan pencapaian tujuan, Saat kunjungan ulang keluarga didaptakan bahwa keluarga sedang melakukan implementasi yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sehingga diambil kesimpulan bahwa hasil yang diperoleh baik.
B.    Saran
1.    Keluarga hendaknya mengenal masalah yang terjadi pada anggota keluarganya, menerapkan apa yang telah disampaikan perawat melalui pendidikan kesehatan guna mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga secara mandiri.
2.    Keluarga sebaiknya ikut serta mempertahankan dan mempergunakan fasilitas kesehatan yang ada.
3.    Mencegah terjadinya penyakit sebaikanya keluarga sedini mungkin memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas yang terdekat.
Keluarga sebaiknya melakukan modifikasi lingkungan yang sehat di sekitar lingkungan keluarga seperti menjaga kebersihan lingkungan rumah sekitar, dan mampu menjaga pola hidup sehat.

1 comment: