Friday 8 June 2012

Askep Hipospadia


BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Pada abad pertama, ahli bedah dari Yunani Heliodorus dan Antilius, pertama-tama yang melakukan penanggulangan untuk hipospadia. Dilakukan amputasi dari bagian penis distal dari meatus. Selanjutnya cara ini diikuti oleh Galen dan Paulus dari Agentia pada tahun 200 dan tahun 400.

Duplay memulai era modern pada bidang ini pada tahun 1874 dengan memperkenalkan secara detail rekonstruksi uretra. Sekarang, lebih dari 200 teknik telah dibuat dan sebagian besar merupakan multi-stage reconstruction; yang terdiri dari first emergency stage untuk mengoreksi stenotic meatus jika diperlukan dan second stage untuk menghilangkan chordee dan recurvatum, kemudian pada third stage yaitu urehtroplasty.

Beberapa masalah yang berhubungan dengan teknik multi-stage yaitu; membutuhkan operasi yang multiple; sering terjadi meatus tidak mencapai ujung glands penis; sering terjadi striktur atau fistel uretra; dan dari segi estetika dianggap kurang baik.

Pada tahun 1960, Hinderer memperkenalkan teknik one-stage repair untuk mengurangi komplikasi dari teknik multi-stage repair. Cara ini dianggap sebagai rekonstruksi uretra yang ideal dari segi anatomi dan fungsionalnya, dari segi estetik dianggap lebih baik, komplikasi minimal, dan mengurangi social cost.

B.       Tujuan
1.    Tujuan Umum
Penulis mampu mengerti tentang Asuhan Keperawatan Hipospadia pada Anak


2.      Tujuan Khusus
a.       Penulis mampu menjelaskan Pengertian Hipospadia
b.      Penulis mampu menjelaskan Patofisiologi Hipospadia
c.       Penulis mampu menjelaskan Tanda dan Gejala Hipospadia
d.      Penulis mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang penyakit Hipospadia
e.       Penulis mampu menjelaskan Diagnosa Keperawatan Hipospadia
f.       Penulis mampu menjelaskan Rencana Keperawatan Hipospadia

























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.      Definisi hipospadia
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir. Beberapa pendapat lain :
1.      Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan miggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
2.      Hipospadia adalah keadaan dimana uretra bermuara pada suatu tempat lain pada bagian belakang batang penis atau bahkan pada perineum ( daerah antara kemaluan dan anus ). (Davis Hull, 1994 )
3.      Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan  pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaannya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan  hasil yang memuaskan. (http://photos1.blogger.com/blogger/4603/1833/1600/op.jpg).

B.       Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium  tidak  ada  pada  sisi  ventral  dan  menyerupai  topi  yang menutup  sisi  dorsal  dari  glans.  Pitjaringan  fibrosa  yang  dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari penis.



     Maskulinasi inkomplit            Embriologi dari genetalia
                                                                                 


       Fusi digaris tengah uretra tidak lengkap

                        Meatus uretra terbuka


Cemas
 
 


Managemen rigemen teraufetik tidak efektif
 
                             Lubang Keluar        operasi
Perubahan Eliminasi Urin
 
                                 Di dalam










Perubahan Eliminasi Urin (retensi urin)
 


nyeri
 



Resiko tinggi infeksi
 




Kesiapan dalam  peningkatan managemen regimen teraupetik
 

 









C.       Etiologi Hipospadia
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1.      Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2.      Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3.      Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

D.      Manifestasi Klinis
1.      Pancaran  air  kencing  pada  saat  BAK  tidak  lurus,  biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pada saat BAK.
2.      Pada  Hipospadia  grandular/  koronal  anak  dapat  BAK  dengan berdiri dengan mengangkat penis keatas.
3.      Pada  Hipospadia  peniscrotal/  perineal  anak  berkemih  dengan jongkok.
4.      Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi.
5.      Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
6.      Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
7.      Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
8.      Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
9.      Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
10.  Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
11.  Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
12.  Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
13.  Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.




E.       Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
1.      Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal.
Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.
2.      Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
3.      Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.

F.        Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hipospadia antara lain :
1.      Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu ).
2.      Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3.      Kesukaran saat berhubungan sexsual
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
1.      Edem  pembengkakan   yang   terjadi   akibat   reaks jaringan besarnya dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
2.      Struktur, pada proksimal anastomosis yang   kemungkinan disebabkan oleh angulasi dari anastomosis.
3.      Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
4.      Fitula  uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan  sebagai  parameter  untuyk  menilai  keberhasilan  operasi. Pada prosedur satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
5.      Residual  chordee/rekuren  chordee,  akibat  dari  rilis  korde  yang tidak sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau  pembentukan  skar yang  berlebihan  di ventral  penis walaupun sangat jarang.
6.      Divertikulum,  terjadi  pada  pembentukan  neouretra  yang  terlalu lebar, atau adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.

G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Rontgen
2.      USG sistem kemih kelamin.
3.      BNO-IVP

H.      Penatalaksanaan
1.      Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.
2.      Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
3.      Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a.      Operasi Hipospadia satu tahap ( ONE STAGE URETHROPLASTY ) Adalah   tekhni operasi   sederhana   yang   sering   digunakan, terutama untuk hipospadia tipe distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok.
Kearah ventral ( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid  scrotum.  Intinya  tipe  hipospadia  yang  letak  lubang  air seninya lebih kearah proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau  sisa  kulit  yang sulit  di tarik  pada  saat dilakukan operasi  pembuatan  uretra  saluran  kencing  ).  Kelainan  yang seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.
b.      Operasi Hipospadia 2 tahap
Tahapn pertama operasi pelepasan chordee dan  tunelling dilakukan untuk meluruskan penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing ) nantinya letaknya lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ), memobilisasi kulit dan preputium untuk  menutup  bagian  ventral/bawah  penis.  Tahap  selanjutnya (  tahap  kedua  )  dilakukan  uretroplasty  (  pembuatan  saluran kencing buatan/uretra ) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh pasien.

No comments:

Post a Comment